Mengobati kecanduan narkoba memang bukan
perkara mudah. Saking beratnya, pecandu bahkan bisa kembali lagi
terjerat narkoba meski sudah menjalani terapi. Berbagai terapi pun
banyak ditawarkan untuk menghilangkan kebiasaan mengonsumsi
barang-barang adiktif tersebut.
Jika memang benar-benar ingin
sembuh, pecandu terlebih dahulu harus menguatkan tekad dan tentu saja
meninggalkan lingkungan lamanya. Namun terkadang tekad yang kuat saja
tidak cukup untuk bisa terbebas dari jeratan candu narkoba.
Kebanyakan
pecandu membutuhkan bantuan terapi untuk bisa menghilangkan efek
obat-obatan terlarang yang telah terlanjur merusak sistem di otaknya.
"Terapi-terapi
ada bermacam-macam, ada yang dari medis, non medis dan spiritual,"
jelas dr Iskandar Hukom, Sekretaris Jenderal Yayasan Cinta Anak Bangsa
(YCAB), saat dihubungi detikHealth, Rabu (6/6/2012).
Masyarakat
umumnya mengenal rehabilitasi sebagai terapi untuk pengobatan kecanduan narkoba. Namun dr Iskandar mengatakan tidak semua pecandu bisa efektif
menghentikan kebiasaannya hanya dengan masuk panti rehabilitasi dan
dirawat inap.
Terkadang masuk panti rehabilitasi justru dapat
membawa dampak buruk bagi pecandu, terutama yang menggunakan narkoba
hanya sebagai social user (karena alasan bersosialisasi).
"Tidak
semua pecandu harus direhab, karena rehabilitasi identik dengan rawat
inap. Bisa saja berobat dengan rawat jalan asal dengan aturan yang
ketat. Terkadang yang rawat inap malah berdampak negatif, apalagi untuk social user karena yang biasanya dimasukkan rehab kan hardcore, bisa-bisa dia malah terkontaminasi," lanjut dr Iskandar.
Jadi menurut dr Iskandar, sebelum memasukkan pecandu ke panti rehabilitasi, perlu dilakukan assessment yang berulang-ulang dan tidak bisa dipukul rata untuk semua pecandu.
Menurut dr Iskandar, ada beberapa terapi narkoba yang ditawarkan di Indonesia, antara lain:
1. Terapi medis
Terapi
medis biasanya dilakukan dengan memberikan pasien obat-obatan yang
dapat menurunkan efek sakaw pada pecandu, ditambah dengan psikoterapi
dan konseling suportif.
2. Terapi non medis atau spiritual
"Ada
yang namanya program 12 langkah. Program ini dikenalnya di Amerika pada
tahun 50-an saat banyak orang yang kecanduan narkoba, alkohol, rokok,
judi, pornografi. Di setiap langkah si pecandu diajak tahan dan setiap
langkah juga dievakuasi terus oleh mentor. Setelah ke-12 langkahnya
selesai, nanti akan diulang lagi dari awal," jelas dr Iskandar.
Selain
terapi program 12 langkah, ada juga komunitas terapi (therapy
community). Terapi ini juga diperkenalkan di Amerika pada tahun 60 atau
70-an, saat banyak penjara-penjara kasus pecandu yang menyatukan antara
pecandu dan bandar.
"Pecandu dan bandar itu tidak bisa disatukan, karena bisa-bisa si pecandu malah makin terkontaminasi," jelas dr Iskandar.
Prinsip
terapi ini adalah 'dari kita untuk kita'. Jadi dalam sebuah terapi,
pecandu akan membuat aturannya sendiri yang kemudian akan diterapkan
oleh pecandu-pecandu lainnya. Kemudian perkembangan pecandu akan
dipantau dari rekap center.
"Ini yang paling banyak diterapkan.
Tapi biasanya masing panti-panti akan menggunakan terapi yang
dimodifikasi," lanjut dr Iskandar.
3. Terapi alternatif
Selain
terapi medis dan non medis atau spiritual, ada pula terapi alternatif.
Contohnya terapi rebus pasien yang terdapat di Purbalingga, Jawa Tengah.
Terapi ketergantungan narkoba yang dilakukan Ahmad Ichsan Maulana atau Ustadz
Ichsan (38) terbilang ekstrim dan unik. Terapi dilakukan dengan merebus
pasien di dalam drum di atas kompor yang menyala.
Cara yang
dilakukan pengelola Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ichsan Al-Islami
Syifa Ar-Ridlo di Dukuh Legoksari, Desa Karangsari, Kecamatan Kalimanah,
Purbalingga, Jawa Tengah ini dilakukan seperti orang merebus jagung,
kacang atau ketela. Bedanya drum terapi ini tak ditutup, melainkan
dibiarkan terbuka.
Ustadz yang dijuluki Kyai Godog ini mula-mula
memanasi air di dalam drum setinggi dada. Begitu air sudah mendidih, air
akan diberi ramuan-ramuan dan ragi tempe. Kemudian air dicampur air
tawassul.
Untuk meyakinkan pasien, ustdaz dan istrinya akan
memberi contoh berendam secara bergantian di dalam drum. Setelah pasien
merasa mantap selanjutnya giliran pasien nyemplung.
Selama proses
perebusan, yakni 30 menit, si pasien akan duduk di kursi kecil. Sang
Kyai meminta tetap tenang atau tidak takut. Tak jauh dari drum ada
televisi yang dinyalakan untuk ditonton oleh si pasien selama direbus.
Tujuannya agar pasien merasa enjoy berendam. Justru ketika merasa panik,
air yang sudah mendapat perlakuan khusus semacam didoakan itu terasa
panas.
Menurut ustadz yang dijuluki Kyai Godog, air yang panas
itu terasa hangat oleh pasien. Cara merebus kata sang kyai merupakan
upaya untuk mengeluarkan toksin atau racun dari tubuh pasien.
Menurutnya
pasien yang mengalami ketergantungan ekstasi dan dextro akan direbus
empat hingga lima kali. Untuk pecandu sabu-sabu bisa direbus hingga
delapan kali. Yang paling berat adalah pecandu heroin karena akan
direndam hingga 15 kali.
Sumber : http://health.detik.com/read/2012/06/06/173447/1934616/775/terapi-terapi-untuk-pengobatan-kecanduan-narkoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar